Senin, 02 Juni 2014

Serba-Serbi Kesehatan (Edisi 2 Juni 2014)


Empat Fakta Tentang Khitan Pada Lelaki

Inilah fakta-fakta tentang khitan yang sudah terjadi sejak 2400 tahun sebelum masehi
GramediaMajalah.com - Khitan pada lelaki masih menjadi kontroversi karena meski memiliki manfaat, beberapa pihak menilainya terlalu menyakitkan untuk dilakukan. Di balik itu, fakta tentang khitan yang belum diketahui banyak orang.
Sebuah data disampaikan oleh American Academy of Pediatrics (AAP) tentang manfaat medis khitan. Hal ini menambah “seru” perdebatan tentang praktik ini. Pihak yang pro, seperti AAP menyatakan bahwa proses pemotongan kulup dapat memberikan berbagai manfaat medis.
Berdasarkan hasil penelitian, pemotongan kulup atau khitan mampu menurunkan risiko seseorang tertular penyakit kelamin. HIV, herpes di alat kelamin, human papillomavirus dan sifilis adalah contohnya. Sedangkan yang kontra menyatakan bahwa manfaat sunat tidak sebanding dengan rasa sakit yang dialami saat prosesnya berlangsung.
Di luar kontroversi tersebut, faktanya praktik ini sudah dilakukan sejak lama, apalagi terkait dengan agama dan budaya. Di Indonesia sendiri yang mayoritas penduduknya beragama muslim, khitan atau tidak, tidak lagi menjadi hal yang asing. Berikut ini empat fakta soal khitan.
Dulu sunat dianggap mampu mengobati kelumpuhan.
Pada akhir tahun 1800-an, para dokter menganggap khitan mampu mengobati berbagai penyakit, termasuk kelumpuhan. Nah, ternyata anggapan tersebut berdasarkan kisah seorang anak lima tahun yang mengalami kelumpuhan namun dapat sembuh dalam waktu kurang dari dua minggu setelah dikhitan. Para dokter saat ini menilai hal ini mungkin terjadi karena anak tersebut mengalami phimosis (kulup yang terjebak di atas kepala penis) yang membuatnya “fisik dan sarafnya melemah.”
Kulup lebih kompleks dari yang dibayangkan.
Kulup bukan sekadar kulit. Di dalamnya terdapat membran mukosa, seperti yang ada di balik kelopak mata atau di balik rongga mulut. Fakta ini jugalah yang membuat kulup secara medis harus dibersihkan. Dalam kondisi lingkungan yang lembab, kulup dapat memungkinkan terjadinya penularan penyakit infeksi kelamin, seperti HIV.
Bukti praktik sunat yang pertama kali tercatat terjadi di Mesir.
Sejauh catatan sejarah yang diketahui, tanah Firaun-lah yang menjadi perintis praktik khitan, kira-kira sekitar tahun 2400 Sebelum Masehi. Hal ini berdasarkan relief yang berada di tanah pemakaman kuno Saqqara. Relief ini menggambarkan serangkaian adegan medis, termasuk di dalamnya proses yang menggunakan pisau batu sebagai alat pemotongnya.
Sunat menjadi simbol status seseorang.
Peningkatan proses kelahiran di rumah sakit dan promosi sunat sebagai salah satu praktik “kebersihan” juga meningkatkan prosedur pelayanan di Rumah Sakit. Sayangnya ini menjadi simbol status juga karena pada akhirnya hanya mereka yang “kaya” saja yang mampu melahirkan anaknya di rumah sakit. Khitan pun akhirnya dianggap sebagai pilihan orangtua agar anaknya terlihat “normal” karena menjadi lebih “bersih”.
Itulah beberapa fakta seputar khitan, hal tersebut juga menjelaskan betapa pentingnya khitan bagi laki-laki.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar