Kapal Selam Nazi di Laut Jawa (1): Terinspirasi Shadow Divers
Dua
peneliti muda asal Pusat Arkeologi Nasional, Shinatria Adhityatama dan Ahmad
Surya Ramadhan, mengungkap misteri kapal selam Nazi di Laut Jawa.
Gramediamajalah.com - Terinspirasi kisah novel Shadow Divers karangan Robert Kurson, dua peneliti muda asal Pusat Arkeologi Nasional, Shinatria Adhityatama dan Ahmad Surya Ramadhan, mencoba memecahkan misteri kapal selam Nazi di Laut Jawa. Mereka menemukannya dan mengungkap beberapa fakta.
Embusan angin monsun timur mulai berganti dengan angin monsun barat. Keadaan laut sangat tenang, tidak ada angin dan arus yang dapat membahayakan pelayaran. Sebuah kapal motor bercat putih dengan pelisir biru telah memagut sauhnya di Laut Jawa, 127 kilometer ke arah timur laut dari Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah.
Kapal itu biasa mengangkut kebutuhan bahan pokok dan sayuran dari Jepara ke Karimunjawa, namun hari itu bukan seperti biasanya. Satu tim penelitian menggunakan kapal motor itu untuk menyelisik bangkai kapal selam yang diduga masih bersemayam di dasar laut.
Mereka merupakan para ahli arkeologi dari Pusat Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Yogyakarta, yang bekerja sama dengan Sentra Selam Jogja. Berperanti GPS dengan perangkat sonar, mereka berharap dapat memperoleh gambaran kondisi kontur dasar laut nan akurat dalam bentuk dua dimensi.
Perairan Karimunjawa merupakan
kawasan ramai yang dilintasi kapal-kapal berbagai peradaban, karena berada pada
sisi paling utara Laut Jawa. Kawasan ini telah ditakdirkan sebagai rute
pelayaran utama yang menghubungkan Selat Malaka dan Selat Makassar sejak zaman
kerajaan klasik Nusantara hingga kecamuk Perang Dunia II, dan berlanjut hingga
kini.
Tim melempar tanda apung permukaan menyusul perangkat sonar mereka yang menunjukkan gejala aneh pada kontur dasar laut nan membiru. Dua ahli arkeologi muda dari Pusat Arkeologi Nasional, Shinatria Adhityatama dan Ahmad Surya Ramadhan, melakukan penyelaman hingga ke dasar. Sekitar seperempat jam kemudian mereka melepaskan tanda apung permukaan berikutnya: Mereka menemukan bangkai kapal selam!
Bagi mereka, penelitian kapal selam Nazi di Laut Jawa ini terinspirasi dari novel Shadow Divers karya Robert Kurson yang dibaca keduanya saat masih mahasiswa. Novel itu berkisah tentang petualangan nyata dua orang Amerika yang mempertaruhkan segalanya untuk memecahkan misteri kapal selam Jerman yang hilang.
Bersama seorang instruktur selam profesional, Adhityatama dan Ramadhan mengobservasi sebuah bangkai kapal selam tinggalan Perang Dunia II di kedalaman sekitar 20 meter. Bangkai itu membujur di kawasan karang berpasir yang dihuni dan dicumbui oleh aneka biota laut.
Panjang kapal selam Nazi di Laut Jawa ini sesungguhnya adalah 76 meter, namun hanya tersisa separuhnya, yaitu dari menara komando sampai haluan—sekitar dua setengah kali bus Transjakarta. Repihannya tersebar hingga radius 40 meter. Bahkan, menara komandonya telah terlepas dan terguling ke samping kiri. Sementara keberadaan buritannya hingga kini masih berselimut misteri. Tampaknya bencana ledakan mahadahsyat menjadi penyebabnya.
Tim melempar tanda apung permukaan menyusul perangkat sonar mereka yang menunjukkan gejala aneh pada kontur dasar laut nan membiru. Dua ahli arkeologi muda dari Pusat Arkeologi Nasional, Shinatria Adhityatama dan Ahmad Surya Ramadhan, melakukan penyelaman hingga ke dasar. Sekitar seperempat jam kemudian mereka melepaskan tanda apung permukaan berikutnya: Mereka menemukan bangkai kapal selam!
Bagi mereka, penelitian kapal selam Nazi di Laut Jawa ini terinspirasi dari novel Shadow Divers karya Robert Kurson yang dibaca keduanya saat masih mahasiswa. Novel itu berkisah tentang petualangan nyata dua orang Amerika yang mempertaruhkan segalanya untuk memecahkan misteri kapal selam Jerman yang hilang.
Bersama seorang instruktur selam profesional, Adhityatama dan Ramadhan mengobservasi sebuah bangkai kapal selam tinggalan Perang Dunia II di kedalaman sekitar 20 meter. Bangkai itu membujur di kawasan karang berpasir yang dihuni dan dicumbui oleh aneka biota laut.
Panjang kapal selam Nazi di Laut Jawa ini sesungguhnya adalah 76 meter, namun hanya tersisa separuhnya, yaitu dari menara komando sampai haluan—sekitar dua setengah kali bus Transjakarta. Repihannya tersebar hingga radius 40 meter. Bahkan, menara komandonya telah terlepas dan terguling ke samping kiri. Sementara keberadaan buritannya hingga kini masih berselimut misteri. Tampaknya bencana ledakan mahadahsyat menjadi penyebabnya.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar